Showing posts with label Kisah Inspiratif. Show all posts
Showing posts with label Kisah Inspiratif. Show all posts

Kisah Inspiratif Spencer West

Spencer West Pendaki Yang Tidak Memiliki Kaki

kisah inspiratif Spencer West
sumber dari: http://www.asifah.com

Spencer West pendaki yang tidak memiliki kaki,pria tak punya kaki yang berhasil mendaki Gunung tertinggi di Afrika. semuanya bermula saat spencer berusia lima tahun,pria inspiratif ini mengalami kelainan genetis di tulang punggungnya yang menyebabkan gangguan di pertumbuhan kedua kakinya. Karen hal itulah akhirnya orang tuanya memutuskan untuk mengamputasi saja kedua kakinya itu.
Namun kata siapa keterbatasan adalah batas untuk berprestasi? keterbatasan juga sejatinya adalah medan pembuktian akan kelebihan-kelebihan lain yang kita miliki. Hal ini di buktikan oleh Spencer West, ia mendaki gunung kilimanjoro yang memiliki ketinggian 5895 MDPL hanya dengan dua tangan. Sebabb ia tak lagi memiliki kaki untuk berjalan. 

Dalam ekspedisi kilimanjaro ini, spencer mengaku sudah bertahun-tahun lamanya ia berlatih untuk menaklukkan kilimanjaro hanya dengan menggunakan bantuan ke-2 tangannya saja.

sumber dari:http://www.asifah.com


Setelah merasa siap, ia memutuskan untuk mulai mendaki pada 12 juni 2012 yang lalu bersama dengan dua orang sahabatnya, David johnson serta Alex Meers. Mereka menghadapi ganasnya medan kilimanjaro yang terletak di tanzania itu selama kurang lebih satu minggu sebelum akhirnya mereka sampai dipuncak kilimanjaro.
Spencer mengatakan “Tanda dari puncak gunung itu terlihat seperti khayalan. Kami melihat wilayah sekitar dan sadar, setelah tujuh hari perjuangan kami, kami pun sampai. Jari-jari yang berdarah ini pun sangat berguna, Saya mendaki Kilimanjaro tidak hanya untuk mencari tahu apa yang saya bisa lakukan, tetapi juga untuk menginspirasi orang lain dalam menghadapi rintangan dalam hidupnya.”

Seperti yang diharapkan oleh spencer west , ia akhirnya menjadi inspirasi hidup akan pentingnya tekad untuk mengalahkan beragam kondisi kehidupan.


Kisah ini bukan sekedar kisah mendaki sebuah gunung. Tetapi ini adalah kisah tentang semangat manusia yang mampu menghancurkan segala dinding pembatas dalam dirinya. Kisah inspiratif ini memberikan sebuah contoh yang nyata mengenai segala ketidak mungkinan yang mampu dicapai manusia. Tentunya banyak orang yang mampu mendaki gunung, tetapi mampu mendaki dengan segala keterbatasan tidak banyak orang yang sanggup melakukannya.

Kisah Inspiratif Sabar Gorky

Sabar Gorky Pendaki Kaki Tunggal Asal Indonesia

sumber dari: inswiki.com

Sabar Gorky adalah pendaki gunung berkaki tunggal yang sudah mengharumkan nama Indonesia karna menang sebagai juara 1 dalam kompetisi panjat tebingg penyandang tunadaksa se-Asia Tenggara di Korea Selatan pada tahun 2009 lalu. 

Gorky kehilangan kaki kanannya dalam perjalanan dari jakarta menuju solo, ia mengalami kecelakaan terjatuh dari kareta sehingga harus merelakan kaki kanannya di amputasi. Setelah kepercayaan dirinya kembali, gorky tertantang memplejarai olahraga panjat tebing , saat itu ia belajar memanjat dinding tebing buatan Universitas 11 Maret solo (UNS) . Rumahnya berdekatan dengan UNS sehingga sekalipun ia tak kulliah disana, golky memiliki banyak teman mahasiswa UNS.

Semangat gorky kembali meyala, dengan dukungan dari sahabat- sahabatnya, ia menaklukan tebing- tebing yang sesungguhnya. Ia ingin memperlihatkan kepada publik bahwa meski hanya memiliki satu kaki ia mampu melakukan hal yang menginspirasi banyak orang. Gorky juga menggowes sepeda ontel dari solo menuju bali dan menamai kegiatannya " Tour Tunggal si Kaki Tunggal" 


Saat ini gorky telah menjadi pendaki gunung kelas dunia asal Solo, Sabar Gorky, berhasil mencapai puncak Aconcagua di Argentina, Februari-Maret 2016. Pendakian Puncak Aconcagua setinggi 6.600 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu bersama 8 orang lainnya. Lima orang di antaranya adalah anggota Korps Marinir dan tiga lainnya adalah jurnalis. Tim ini dipandu oleh tiga orang guide.Selanjutnya, 

Dengan selesainya pendakian Aconcagua ini, berarti Sabar telah menyelesaikan empat puncak dari misi seven summit atau pendakian tujuh puncak dunia. Keempat puncak yang sudah didakinya adalah :

1.puncak Cartenz Papua (4.884 mdpl. Gunung tertinggi di Indonesia). 

Sabar Gorky di Cartenz Papua
sumber dar: Solopos.com

2.Gunung Elbrus Rusia (5.642 mdpl. Gunung tertinggi di Eropa).

sumber dari:http://travel.kompas.com

3.Gunung Kilimanjaro Tanzania (5,895 mdpl. Gunung tertinggi di Afrika).
sumber dari: populis - WordPress.com


4. dan Puncak Aconcagua Argentina (6,962 mdpl Gunung tertinggi di Benua Amerika)

sumber dari: Trimbunnews

Saat ini, Sabar akan berfokus mempersiapkan pendakian ke puncak berikutnya yakni Gunung McKinley, Denali, (Amerika Utara). Sabar menjadi inspirasi bagi pendaki Indonesia maupun mancanegara atas keberhasilannya mendaki tiga puncak gunung tertinggi dunia, dengan satu kaki.

note: Nama Gorky adalah penberian dari orang rusia, saat mendaki puncak Elburs (5.642 mdpl. Gunung tertinggi di Eropa) pada tahun 2011. Gorky ada filosofinya dalam bahasa Russia, artinya di dalam kepahitan mendapat kemanisan.

Clara Wanita Indonesia Penakluk Everest

Kisah Clara Sumarwati, Wanita Indonesia Pertama Yang Menaklukan Everest

Clara Sumarwati Wanita Indonesia Pertama Penakluk Everst
sumber dari: twitter

Clara Sumarwati (lahir di Jogjakarta6 Juli 1967; umur 49 tahun) adalah pendaki gunung asal Indonesia. Clara mencatatkan diri sebagai pendaki gunung wanita dari Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang berhasil mencapai puncak Everest pada tahun 1996.
Clara adalah anak ke-6 dari 8 bersaudara pasangan Marcus Mariun dan Ana Suwarti. cita-cita Clara sewaktu kecil adalah menjadi ahli hukum, tetapi ia tidak bisa menolak ketika kakak laki-lakinya menyekolahkannya di Universitas Atmajaya jurusan Psikologi Pendidikan.

Dia mengawali cerita mulai ketika menjadi mahasiswa di Universitas Atmajaya Jakarta jurusan Psikologi Pendidikan, justru belum tertarik dengan unit kegiatan pecinta alam. Dia malah menjadi anggota dari resimen mahasiswa (Menwa). 
Baru setelah lulus tahun 1990, cita-citanya menjadi guru BP harus ditanggalkan terlebih dahulu dan berganti haluannya gabung dengan ekspedisi pendakian ke puncak Annapurna IV 7.535 mdpl di Nepal. Pada tahun 1991 rekannya, Aryati, berhasil mencatatkan diri sebagai perempuan Asia pertama yang mencapai puncak tersebut. Pada Januari 1993, Clara bersama tiga pendaki putri Indonesia lainnya menaklukkan puncak Aconcagua (6.959 meter) di pegunungan Andes, Amerika Selatan. 

Petualangan mendaki Everest 1996 sebenarnya bukan pertama, tahun 1994 dia pernah melakukannya tapi gagal. Di tahun itu dia begabung bersama lima orang dari tim PPGAD (Perkumpulan Pendaki Gunung Angkatan Darat) untuk menaklukkan gunung es itu. Tapi baru sampai diketinggian 7.000 meter karena terhadang kondisi medan sulit dan berbahaya di jalur sebelah selatan Pegunungan Himalaya (lazim disebut South Col). ’’Saya justru tertantang dengan kegagalan itu. Saya akhirnya sukses mencapai puncak pada 1996,’’ kenang Clara. 

Clara pertama dirawat di RSSM pada 1997 atau satu tahun setelah menaklukkan Everest kemudian dirawat empat bulan kondisinya membaik dan diperbolehkan pulang. Pada tahun 2000 kambuh lagi dan setelah dirawat enam bulan kondisinya membaik dan diperbolehkan pulang. Tahun 2014 masuk ke RSSM. Selama menjadi pasien dia seringkali bercerita keberhasilannya menaklukkan Gunung Everest. Namun, ceritanya kerap diabaikan oleh perawat atau dokter karena dianggap halusinasi atau khayalan. Bahkan keluarganya sendiri juga menutup-nutupi soal informasi itu. 

Belakangan ternyata keperkasaan Clara adalah sebuah kenyataan. Setelah Deputi Kepeloporan Pemuda, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Dr Amir Hamzah MHum, berkunjung ke rumah sakit mengenali Clara.  Kedatangan Tim Deputi dalam rangka penilaian Pemuda Pelopor Bidang Seni Budaya dan Pariwisata, Poppy Safitri sebagai salah satu wakil Jateng yang maju ke tingkat nasional. Di RSSM Poppy mengajar tari pasien wanita, sehingga tim penilai melihat aktivitas pemebelajaran itu. Dan Clara adalah salah satu siswanya. 

Tim Deputi mengenali sosok perempuan perkasa itu dan Clara sendiri juga mengenali mereka. Akhirnya, pihaknya benar-benar percaya, dialah wanita yang menaklukkan Everest. 
Sejak saat itu semua pihak di RSJ Soerojo, termasuk para dokter dan pejabat lainnya, mempercayai pengakuan Carla. Selama ini mereka menyangka Carla hanya mengarang cerita bahwa dirinya pernah mendaki gunung tertinggi di dunia itu.

salah satu penyebab Clara mengalami stres berat karena kurangnya penghargaan dari sisi materi atas prestasi hebatnya selama ini. Pada awal masuk rumah sakit, sering marah-marah dan halusinasi.
Ini diakui dokter Haryono Padmo Sudiro Spk, yang merawatnya. ’’Pemicunya antara lain dia punya prestasi mendaki Mount Everest, tetapi dia merasakan kurang dihargai oleh lingkungan. Dia tidak dihargai bahwa pernah ke sana,”

Menurut Haryono, kekesalan itu menimbulkan rasa frustasi pada diri Clara. Dokter itu menepis dugaan gangguan jiwa Clara disebabkan faktor keturunan. Tidak ada keluarga Clara mempunyai riwayat mengidap penyakit jiwa. 

Faktor lain bisa menjadi penyebab adalah sejumah peristiwa dalam proses pendakian Clara. Menurut Haryono, Clara mengaku sempat membuka alat pernapasan saat berada di puncak Everest,Itu merupakan faktor ketegangan-ketegangan yang bisa menimbulkan orang tension atau coincident, yaitu mengalami kejadian menakutkan. Sebab kekurangan oksigen menyebabkan rasa nyeri tidak karuan. 

Bendera merah putih yang dikibarkan di puncak mengharumkan nama bangsa ini. Dengan taruhan nyawa dia menggapai angkasa di puncak gunung es. Tapi setelah kembali ke Indonesia, dia hanya mendapatkan selembar kertas penghargaan Bintang Nararya atas prestasi gemilang itu.

Kopassus Indonesia Di Everest


Perjuangan Pratu Asmujino Di Mount Everest


Mount Everest adalah gunung tertinggi di dunia. Puncak Everest di perbatasan Nepal – Tibet, ketinggiannya mencapai 8.848 meter. Mencapai puncak gunung itu merupakan kebanggaan tersendiri bagi pendaki, bahkan membuat harum nama negara.
Pratu Asmujiono, seorang Kopassus berusia 25 tahun, adalah orang Asia Tenggara pertama yang mencapai puncak itu pada 26 April 1997. Prestasinya membuat banyak orang kagum. Tetapi, kisah spiritualnya di puncak tertinggi itu tak kalah mengagumkan. Asmujiono merupakan mantan anggota Kopassus, yang lolos mengikuti seleksi Tim Nasional Ekspedisi Everest pada tahun 1996, yang diprakarsai oleh Danjen Kopassus, Mayjen TNI Prabowo Subianto. Pria kelahiran Malang itu juga mencatatkan namanya dalam piagam penghargaan Rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), sebagai orang Indonesia pertama yang berhasil mencapai puncak Gunung Everest dengan ketinggian 8.848 m di atas permukaan laut.
Awalnya, misi pendakian ini diprakarsai oleh Danjen Kopasus Mayjen TNI Prabowo Subianto. Mengingat betapa bahayanya pendakian tersebut, Prabowo sempat dianggap gila. Namun ia bergeming. Ia kumpulkan yuniornya di Kopassus dan pecinta alam. Prabowo ingin mengalahkan negara-negara tetangga yang sudah bicara ke media akan mencapai puncak gunung tersebut.
Dalam tim itu ada Anatoli Nikolaevich Boukreev (Kazakhastan), yang dikenal dengan The Ghost of Everest serta Richard Pawlosky (Polandia) dipilih menjadi pelatih tim. Vladimir Bashkirov dipercaya menjadi film maker, sedangkan Dr. Evgeni Vinogradski menjadi dokter tim. Saat pertama kali bertemu Prabowo, Boukreev menjelaskan tentang berbagai kemungkinan yang akan terjadi selama pendakian, termasuk potensi kegagalan.


"Tapi Pak Prabowo meyakinkan Boukreev bahwa orang Indonesia mempunyai motivasi yang lebih dari cukup untuk melakukan ekspedisi. Mereka tak gentar menghadapi berbagai tantangan. Bahkan nyawa dan jiwapun siap mereka pertaruhkan," jelasnya. Tim Nasional Ekspedisi Everest berjumlah 43 orang, terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, Rakata, dan Mapala UI. Setelah ekspedisi besar, tersisa 16 orang yang kemudian dibagi menjadi dua tim. 6 orang dari sebelah utara melalui Tibet. 10 orang dari sebelah selatan melalui Nepal. Asmujiono masuk di Tim Selatan.


Dalam bukunya yang berjudul The Climb, Anatoli Boukreev menceritakan kisah heroiknya pendakian tersebut. Berikut  catatan Boukreev yang terkesima dengan semangat juang dan rasa patriotisme anggota baret merah ini.Tiga orang anggota Kopassus yang berhasil menaklukkan Everest (1997) yakni Prajurit Satu (Pratu) Asmujiono, Sersan Misirin, dan Lettu Iwan Setiawan.
Misirin berjalan maju, perlahan tanpa pertolongan. Asmujiono bergerak mantap, tapi seperti orang yang sedang bermeditasi. Iwan berjalan pelan pula, namun bisa dilihat kemampuan koordinasinya berkurang meski mentalnya masih kuat. Misirin menunjukkan dari semuanya ialah yang paling mantap, karena itu kami memberikan dia kesempatan sebagai orang yang pertama mencapai puncak. Tekad dari orang tiga ini tidak terpecahkan, kesempatan mencapai puncak, tidak mau mereka sia-siakan.
Anatoly Boukreev dan dua orang serdadu Kopassus pada ekspedisi pendakian Everest

Tiba-tiba  Asmujiono konsentrasinya semakin berkurang, dan instruksikan Dr. Vinogradski untuk mengamati Asmujiono. Bashkirov dan Misirin berjalan paling depan, setelah itu Iwan, Asmujiono dan Dr. Vinogradski terakhir di belakang. Punggungan gunung hari ini tampaknya lain dari biasanya, lebih terjal dan saljunya tebal sekali. Iwan bisa maju dengan perlahan, namun pada satu tempat badannya oleng. Sebenarnya melalui rute punggung gunung ini, dengan hanya menggunakan tali pengaman sudah cukup. Hal ini sudah perhitungkan sebelumnya, jadi tidak perlu menggunakan Linggis Es. Tapi serdadu ini punya prinsip luar biasa. Mereka rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk keberhasilan ekspedisi ini.
Pratu Asmujiono sudah melewati `Zona Kematian`. Saat empat jam menjelang pencapaian Puncak Mount Everest,  akhirnya sang prajurit mencapai Puncaknya. Asmujiono menjadi orang Indonesia, Asia tenggara dan Islam pertama yang mencapai Puncak tertinggi di Dunia, Mount Everest. Saat sampai di Puncak hanya satu keinginanya. Bukan meneriakkan kecintaannya terhadap Indonesia, melainkan mengumandangkan azan dan bertakbir.
Asmujiono berani membuka masker oksigennya hingga mengakibatkan 1/4 otaknya membeku. Dia juga mengalami sinus akut sepulang melakukan pendakian. Dari hasil pemerikasaan Medis, seluruh Dokter di Dunia terheran, Pratu Asmujiono masih Hidup dan sehat. Jika orang lain, mungkin sudah tewas karena pembekuan Otak.

Akhirnya nama Indonesia pun menjadi harum dengan berkibarnya merah putih di sana. “Prestasi gemilng ini menunjukan bahwa Indonesia sebagai negara Asia tenggara pertama yang berhasil mencapai Puncak Tertinggi di dunia, mendahului negara Asia tenggara lainnya yang juga mengirim Tim Ekspedisi ke Mount Everst,” tulis situs resmi Kopassus

Perjalanan SokHokGie

Soe Hok Gie
Soe Hok Gie
sumber dari: zenius.net

Soe dan Idhan sungguh sudah tiada, di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Mereka jumpai jasad kedua tersebut sudah kaku. Semalam suntuk mereka lelap berkasur pasir dan batu kecil G. Semeru. Badannya yang dingin, sudah semalaman rebah berselimut kabut malam dan halimun pagi. Mata Soe dan Idhan terkatup kencang serapat katupan bibir birunya. Mereka semua diam dan sedih.”
Dikutip dari buku :
                                                                                                                         Soe Hok-Gie…Sekali Lagi

Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942. Dia adalah sosok aktivis yang sangat aktif pada masanya. Sebuah karya catatan hariannya yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman diterbitkan oleh LP3ES pada tahun 1983. Soe Hok Gie tercatat sebagai mahasiswa Universitas Indonesia dan juga merupakan salah satu pendiri Mapala UI yang salah satu kegiatan terpenting dalam organisasi pecinta alam tersebut adalah mendaki gunung. Gie juga tercatat menjadi pemimpin Mapala UI untuk misi pendakian Gunung Slamet, 3.442 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Gunung Pangrango di Jawa Barat bisa dibilang sebagai gunung favorit Soe Hok Gie. Sebab, di sanalah dirinya membuat banyak puisi. Mendaki gunung ini sambil melewati Lembah Mandalawangi, seolah menelusuri napak tilas Gie.

Namun, pesona Soe Hok Gie membuat Pangrango menjadi gunung yang paling rajin didaki. Puisi-puisi Gie tentang Mandalawangi menciptakan romantisme buat para perempuan dan semacam panutan bagi pendaki pria yang mereka ingin menjadi seperti Gie.

Berikut adalah puisi Soe Hok Gie tentang puncak Mandalawangi :


MANDALAWANGI – PANGRANGO

Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu

aku datang kembali

kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu
walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna

aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan

dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi

sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada

hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali

Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

“hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya “tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar

‘terimalah dan hadapilah

dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara

aku terima ini semua

melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu
aku cinta padamu Pangrango

karena aku cinta pada keberanian hidup

Jakarta 19-7-1966
Akhir perjalanan Soe:
15 Desember 1969, Soe Hok Gie bersama kawan-kawannya Herman Lantang, Abdul Rahman, Idhan Lubis, Aristides Katoppo, Rudy Badil, Freddy Lasut, Anton Wiyana berangkat menuju Puncak Semeru melalui kawasan Tengger. Soe Hok Gie ingin bisa merayakan ulang tahunnya yang ke 27 di atap tertinggi Pulau Jawa tersebut. Tanggal 16 Desember, di tengah angin kencang di ketinggian 3.676 meter (dari atas permukaan laut), Hok Gie, Idhan, Rahman terserang gas beracun. Hok Gie dan Idhan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan nyawa mereka tidak sempat tertolong.

Yang mencintai udara jernih

Yang mencintai terbang burung-burung
Yang mencintai keleluasaan & kebebasan
Yang mencintai bumi

Mereka mendaki ke puncak gunung-gunung

Mereka tengadah & berkata, kesana-lah Soe Hok Gie & Idhan Lubis pergi

Kembali ke pangkuan bintang-bintang
Sementara bunga-bunga negeri ini tersebar sekali lagi

Sementara saputangan menahan tangis

Sementara Desember menabur gerimis
24 Desember 1969

Sanento Yuliman

Kisah Inspiratif Norman Edwin

Norman Edwin 

sumber dari: Ceritakembara

Norman Edwin adalah pendaki gunung asal indonesia di era 90-an, beliau lahir pada tahun 1955 dan wafat pada pertengahan april 1992. Norman Edwin adalah seorang wartawan kompas dan pecinta alam yang sangat legendaris , beliau pun selalu mencatat perjalanannya saat mendaki gunung, ceritanya tersebut di tuangkan dalam sebuah buku yang berjudul  "Mountaineering"-freedom of the hills dan banyak lagi buku-buku beliau yang lain yang menceritakan tentang perjalanannya. 

Kutipan khas yang sangat terkenal dari Norman Edwin adalah "Gua akan terus berjalan dan lo masih tertarik, lo pasti akan senang mendengar cerita-cerita gua. Karena gaa sering cerita orang-orang akan merasa akrab dan bila tiba saatnya gua mati gantian orang-orang yang akan cerita tentang gua" (Norman Edwin)

sumber dari: raschelrae.blogspot.com

Itulah kata pembuka di buku biografinya Norman Edwin yang dikarang oleh Ganezh dan di terbitkan oleh Penerbit Andi. Buku yang menceritakan kisah hidup seorang pendaki handal,bertalenta dan multidimensi yang pernah dimiliki bangsa indone, Norman Edwin yang dikenal tidak hanya sebagai pendaki gunung saja melainkan sebagai Cever ulung,rafter,skipper handal dan berbagai skill- skill petualangan lainnya ia miliki. Juga cerita mengenai petualangannya untuk menjadi Seven Summiters yang pertama di Asia Tenggara. Namun, tragis, sang beruang gunung itu harus tewas di pelukan Devil Winds di Mt. Aconcagua, Amerika Selatan. Ekspedisi ini adalah ekspedisi kelima dari tujuh rangkaian pendakian puncak- puncak tertinggi ditiap benua Ia diketemukan tewas tertelungkup di bawah timbunan salju—tangannya menggenggam erat kapak es dan seakan sedang menancapkan kapak es itu guna menahan tubuhnya—ditutupi salju di ketinggian 6.700 meter,  hanya sekitar 200 meter dari puncak Aconcagua!
Gimana? masih belum kenal juga sama Pendaki legendaris indonesia ? nih saya kasih singkat cerita kehidupan Norman Edwin 
Norman Edwin, anak lelaki yang berdarah Palembang-Cirebon. Sejak kecil dia sudah menyukai kegiatan yang berbau petualangan. Ketika SMA, dia sudah beberapa kali melakukan pendakian gunung. Hingga
> kegiatan pendakiannya makin menggila ketika ia bergabung dengan Mapala UI. Bisa dikatakan, Norman hampir menguasai seluruh bidang petualangan di alam bebas. Pada waktu itu dunia petualangan berupa kegiatan mendaki gunung (hiking), panjat tebing (rock climbing), telusur goa (caving), berlayar (sailing), arung jeram (rafting), menyelam (diving) atau terjun payung. Dari semua dunia itu, hanya diving dan terjun payung kiprah Norman tidak begitu santer terdengar. Norman Edwin, si Beruang Gunung, petualang sejati yang paling handal dan diandalkan juga paling kharismatis. Ia juga bukan petualang karbitan yang heboh waktu berhasil mendaki sebuah gunung setelah itu hilang lenyap, tak ada lagi berita aktivitas kelanjutannya. Karena Norman itu orang yang konsisten dan disiplin. Ia juga sosok yang humoris, sekaligus `guru' yang rendah hati dan jadi idola sekian banyak pecinta alam. Tak jarang ia diundang oleh perkumpulan- perkumpulan pecinta alam untuk menjadi instruktur mereka, membagi cerita dan pengalaman petualangannya. Atau kiprah nyata dia dalam memimpin proses evakuasi, operasi SAR korban hilang di gunung.
Ia menjadi orang pertama yang mempopulerkan arung jeram serta telusur goa di Indonesia. Ia juga menjadi satu-satunya orang Indonesia yang memiliki sertifikat lisensi teknik penyelamatan goa dari Ameika Serikat. Ia petualang Indonesia (pada masa itu) yang sudah merambahi benua Amerika, Afrika, Asia, Eropa, Australia, hingga daerah Alaska.
Norman juga tak hanya dikenal sebagai seorang petualang yang tangguh, ia merupakan seorang yang piawai dalam dunia jurnalistik. Baik motret atau pun membikin tulisan. Ia memang sempat jadi wartawan Mutiara,
> Suara Alam dan Kompas. Belum lagi tulisan-tulisannya yang tersebar ke berbagai media masa. Gaya tulisan Norman memiliki ciri khas yang unik. Tulisannya yang jujur, tegas, terbuka dan berani dalam mengungkapkan berbagai titik permasalahan. Dia selalu menuliskan kejujuran, meski terkadang dianggap kontroversi. Tak perduli itu akan membuat panas telinga beberapa pihak. Namun itulah yang mematangkan dunia tulis menulis Norman. Norman tak hanya menceritakan berita petualangannya saja yang lokal maupun internasional itu saja. Tapi ia selalu menulis berita informasi yang lengkap dan dengan gaya tulisan yang manis. Kadang ia juga menyelipkan nasehat cara-cara yang baik untuk bergiat di alam bebas. Jadi tak melulu menceritakan kegagahannya di alam bebas. Hingga ketulusan Norman dalam memperkenalkan kegiatan alam bebas makin dipertegas dengan menerbitkan sebuah buku karangannya yang berjudul "Mendaki Gunung adalah Sebuah Tantangan Petualangan", terbitan PT. Aya Media pada tahun 1987. Ia memang telah mempopulerkan olah raga di alam bebas di kalangan generasi muda lewat tulisannya di berbagai media massa, juga melalui seminar dan berhasil menggerakkan mereka untuk kembali mencintai alam, mengajarkan bagaimana menggiati dunia petualangan yang baik dan sehat bagi remaja serta buku buah karya Norman itu juga telah merembesi sekian banyak pecinta alam muda Indonesia.
Ia juga yang berambisi mengangkat nama Indonesia dengan program Seven Summit mendaki serta mengibarkan Sang Saka Merah Putih di tujuh puncak dari tujuh benua. Ia makin dikenal di dalam maupun luar negeri. Perlu diketahui juga, bila sedang berkunjung ke luar negeri Norman dan rekan-rekannya tak pernah jemu untuk selalu memperkenalkan Indonesia ke negara yang dikunjunginya—terutama mempromosikan daerah wisata di Indonesia. Empat puncak berhasil didaki secara spartan, yakni puncak Carstensz Pyramide, McKinley, Elbrus, Kilimanjaro hingga ekspedisi puncak benua yang ke 5, yakni gunung Aconcagua. Hingga berita buruk itu pun, tersiar bahwa tim ekspedisi Mapala UI mengalami musibah di gunung yang berada di Amerika Selatan, perbatasan Chile,Argentina tepatnya. Tim Norman memang banyak mengalami kendala di lapangan, hingga tersiar kabar yang lebih menyakitkan lagi. Bahwa Didiek Samsu—salah seorang teman seperjalanannya—ditemukan dalam keadaan tewas dan Norman dinyatakan hilang tak tahu arahnya, hingga akhirnya diketemukan oleh pendaki Austria dalam keadaan tewas, hanya 200 meter dari puncak Aconcagua!
Ia 'pergi' dengan damai bersama sahabat sejatinya—si Samson, Didiek Samsu—meninggalkan segalanya, ia telah menyatu dengan alam yang dicintainya. Kepala tertunduk dan air mata pun menetes mengiringi kepergiannya. Ternyata merasa kehilangan itu tak hanya dimiliki oleh keluarga mereka, Mapala UI atau teman-teman dekat mereka saja, tapi kehilangan bagi seluruh penggiat alam bebas di segenap penjuru
Tanah Air. Indonesia pun kehilangan salah satu `pahlawan gunungnya' yang cukup dikenal dunia. Tetapi jejaknya telah ia tinggalkan, berpenggal kenangan ia berikan. Maka tak salah bila kita ingin mewarisi niat dan semangatnya yang menggelora. Norman Edwin memang sosok yang pantas untuk dikenal sekaligus dikenang. Waktu itu, hampir semua TV serta surat kabar daerah dan nasional ramai memberitakan tentang musibah yang mereka alami. Kisah hidup dan petualangannya menjadi kenangan tersendiri dalam hati keluarga, Mapala UI dan rekan-rekan sepetualangannya, serta dalam sejarah petualangan Indonesia.
Berikut adalah buku- buku tentang perjalan Norman Edwin :
  1. Buku Jejak Sang Beruang Gunung, Norman Edwin
  2. In Memoriam Norman Edwin 1955 - 1992
  3. Norman Edwin Dulu dan Kini, Catatan Sahabat Sang Alam
  4. Tim Ekspedisi Puncak Tujuh Benua Universitas Indonesia ke Puncak Aconcagua - Kisah Norman Edwin - Didiek Samsu
  5. Petualangan Alam Bebas, Petualangan Sebuah Idealisme.
  6. Mengenang Kisah Perjalanan "Om No"

Kategori

Kategori